SURABAYA | Proyek pembangunan jalan paving dan saluran di kawasan Wiguna Timur Regency, RW 009, Surabaya, dengan nilai kontrak lebih dari Rp 515 juta menuai sorotan. Jurnalis newmemojatim.net yang meninjau langsung ke lokasi menemukan sejumlah kejanggalan pada material yang digunakan maupun pada hasil pekerjaan di lapangan.
Berdasarkan penelusuran dokumen resmi pengadaan barang dan jasa, proyek ini tercatat dengan ID RUP 53633169 dan kode paket EST-P2507-11963725. Nama paket adalah pembangunan jalan paving baru lebar empat meter dan saluran 40/60 dengan cover dua sisi. Nilai kontrak mencapai Rp 515.816.473 dengan penyedia jasa CV. Megah Karya Konstruksi. Proyek direalisasikan pada 18 Juli 2025 melalui mekanisme e-katalog lokal dengan metode e-purchasing, dan saat ini berstatus melakukan pengiriman dan penerimaan.
Namun, pantauan di lapangan yang dilakukan newmemojatim.net memperlihatkan adanya saluran beton pracetak yang sudah retak meski belum dipasang. Retakan terlihat cukup jelas pada bagian samping kotak beton dan berpotensi menurunkan daya tahan konstruksi ketika digunakan sebagai saluran air. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai mutu beton yang dipasok ke lokasi proyek.

Selain itu, newmemojatim.net mencatat penggunaan paving block yang tidak seragam. Beberapa ruas jalan dipasang dengan paving abu-abu bercampur dengan paving merah tanpa pola jelas. Pemasangan seperti itu menimbulkan kesan pengerjaan asal-asalan dan tidak memperhatikan estetika kawasan perumahan.
“Baru diturunkan saja, material beton sudah retak. Bagaimana nanti bila saluran ini menahan beban tanah dan air dalam jangka panjang,?” tulis newmemojatim.net dalam catatannya.
Kontrak proyek dengan anggaran setengah miliar rupiah seharusnya menjamin kualitas material sesuai standar. Beton saluran dimensi 40/60 misalnya, wajib memenuhi syarat ketahanan tertentu dan diuji kuat tekan minimal K-225. Namun, retakan yang terlihat di lapangan justru mengindikasikan kemungkinan mutu beton jauh di bawah spesifikasi.
newmemojatim.net juga menyoroti peran pengawasan dari kelurahan, kecamatan, hingga dinas teknis. Dengan mekanisme e-katalog lokal, memang prosedur administrasi menjadi lebih cepat dan praktis, tetapi tanpa pengendalian mutu yang ketat, risiko penyalahgunaan terbuka lebar.
“Jika material cacat tetap diterima, ada potensi kelalaian atau bahkan permainan dalam proyek,” tulisnya.
Sejumlah pakar pengadaan barang dan jasa yang dihubungi newmemojatim.net menegaskan bahwa prinsip pengadaan harus mengedepankan efisiensi, efektif, transparan, dan akuntabel. Retaknya material sejak awal bisa menjadi bukti bahwa penyedia tidak memenuhi kewajibannya. Bila benar terbukti, kasus ini dapat melanggar Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
Bahkan, jika ada indikasi mark-up anggaran atau pengadaan material yang tidak sesuai spesifikasi, proyek ini bisa dijerat dengan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
“Kontrak nilainya besar, tetapi hasil fisiknya tidak sepadan. Itu harus diaudit secara menyeluruh,” demikian catat newmemojatim.net dari pakar tersebut.
Dari sisi teknis, penggunaan paving block campuran abu-abu dan merah tanpa pola yang jelas menyalahi prinsip seragam mutu dan estetika. Begitu juga dengan kotak beton yang retak, jelas tidak layak dipasang karena berpotensi bocor atau runtuh dalam waktu singkat.
Liputan ini memperlihatkan bahwa pembangunan infrastruktur dengan nilai fantastis bisa saja meninggalkan persoalan serius bila pengawasan longgar. Jalan dan saluran seharusnya menjadi kebutuhan vital masyarakat sehari-hari, bukan sekadar proyek formalitas yang berhenti pada tanda tangan administrasi.
newmemojatim.net menegaskan bahwa pemerintah kota perlu turun langsung melakukan pengecekan ulang dan, bila perlu, memerintahkan perbaikan total agar proyek tidak menjadi beban baru di kemudian hari. Transparansi dan akuntabilitas harus menjadi kunci agar kepercayaan publik tidak terus terkikis.@bersambung.