MULANIRA, Pameran lukisan menggali akar budaya, tradisi dan sejarah

SURABAYA – Pameran lukisan “MULANIRA” di La Lisa Hotel Surabaya selama 5 hingga 26 Juli 2025 menjadi ajang pameran seni (Lukis) Nusantara. Sebab di sini, kita (pengunjung) seolah diajak kembali menyelami dan menggali akar budaya, tradisi, sejarah, serta kekayaan flora dan fauna Nusantara.

Lian M Margareta, pelukis perempuan asal Kediri dengan lukisan berjudul Pawon II. Makna Budaya yang Ia sampaikan dalam lukisan berukuran 60 x 80 cm dengan media : Oil on mixed ini adalah menggambarkan kehidupan sederhana, ketekunan perempuan, dan kekayaan budaya tradisional Indonesia.

Pameran “MULANIRA” menampilkan karya-karya dari 17 pelukis berbakat dari berbagai kota di Jawa Timur, termasuk Surabaya, Gresik, Pamekasan, Sampang, Lamongan, Tuban, dan Kediri.

Mereka diantaranya: Akhmad Ludfi, Arianto, Budi San, Choy Irul, Dewi Ulantina, Edy Marga, Elizabeth, Hendri R Sidik, Jiyu, Lian M Margareta, Murdi Murdock, Nining Heriwiko, Salwanida PS, Supaat Margi, Syamsul Arifin, Ucik Retno Asih dan Warjito.

Dari mereka, sebanyak 17 lukisan dipamerkan dengan ukuran bervariasi antara 40 cm hingga 1 meter. Dari lukisan yang dipamerkan, masing-masing seniman memiliki ciri dan gaya yang khas, mulai dari realis, ekspresionis, dekoratif, hingga abstraktif. Para seniman menunjukkan kekayaan ekspresi seni di Indonesia.

Lian M Margareta misalnya, pelukis perempuan asal Kediri ini menampilkan lukisan berjudul Pawon II. Makna Budaya yang ingin Ia sampaikan dalam lukisan berukuran 60 x 80 cm dengan media : Oil on mixed ini menggambarkan kehidupan sederhana, ketekunan perempuan, dan kekayaan budaya tradisional Indonesia.

“Ini adalah penghormatan terhadap peran perempuan dalam rumah tangga dan nilai-nilai kehidupan desa yang damai dan penuh kerja keras,’ katanya.

Pameran ini secara resmi dibuka oleh General Manager (GM) La Lisa Hotel, Vida Frans di area lobi hotel. Ketua Pameran, Edy Marga mengatakan MULANIRA sendiri bukan sekadar nama. Akronim ini berasal dari bahasa Jawa kuno: “mula” berarti “awal”, dan “nira” atau “sira” yang berarti “kamu/kita”.

Baca Juga  Ormas Aldera dampingi korban penipuan pemilik Ponpes Baitulla di Mojokerto

“Dalam pameran ini, “MULANIRA” diartikan sebagai ajakan untuk kita kembali menyelami dan menggali akar budaya, tradisi, sejarah, serta kekayaan flora dan fauna Nusantara yang begitu kaya,” katanya.

Tema yang diusung ini sangat selaras dengan desain interior La Lisa Hotel yang kental dengan nuansa etnik dan artistik. Perpaduan ini menciptakan harmoni yang indah antara karya seni yang dipamerkan dan suasana hotel, memberikan pengalaman yang imersif bagi para pengunjung.

“Di pameran ini, saya mengumpulkan karya-karya pelukis yang memiliki nilai keunikan tradisi dan budaya, estetika peninggalan bersejarah, hingga kekayaan alam di Nusantara,” tambahnya.

Lebih dari sekadar ajang ekspresi seni, Pameran lukisan di La Lisa Hotel ini sebagai wujud sinergitas yang baik antara hotel dan seniman. La Lisa Hotel menyediakan ruang pamer yang strategis dan representatif di jantung kota, sementara para seniman mendapatkan panggung berharga untuk memperkenalkan dan memasarkan karya-karya mereka kepada khalayak luas

Selain mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan, pengunjung atau tamu hotel juga bisa mengoleksi atau membelinya. GM La Lisa Hotel menyampaikan bahwa nantinya hasil penjualan lukisan seratus persen untuk pelukis.

“Ini menunjukkan komitmen La Lisa Hotel untuk mendukung para seniman lokal,” katanya.@

BONGKY HANDOYO

By BONGKY HANDOYO

Redaksi Surabaya